Minggu, 11 Oktober 2020

PUBLIKASI JURNAL ANALISIS WACANA

0 komentar

ANALISIS WACANA IKLAN ROKOK DJARUM 76 “JADI CALEG CERDAS” TAHUN 2019

disusun oleh:

Bramasta Krisna Diandra

16410074

082221156449

krisnabramasta57@gmail.com

 

 

Abstrak

Tulisan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai kohesi dan koherensi dalam wacana iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”, diksi, gaya bahasa dan mendeskripsikan makna yang ada di dalam iklan tersebut. Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dengan teknik simak catat, menggunakan teknik simak karena proses pengamatan dan teknik catat untuk mencatat semua mengenai wacana iklan djarum 76 “Jadi caleg cerdas”. Penelitian ini menggunakan analisis wacana yang dimaksudkan untuk mencari hubungan terdekat secara interpendensi atau keterantungan. Hasil dari penelitian tampak bahwa dalam iklan jarum 76 “Jadi Caleg cerdas” menggunakan bahasa keseharian yang tidak baku dan menggunakan bahasa yang dilanturkan. Keterpaduan kohesi dalam iklan tersebut dikatakan kurang jelas, maka dari itu menimbulkan banyak argumenn dari masyarakat. Dalam konteks dan maknanya, kata “Yang penting cerdas” memiliki makna tidak lain dan tidak bukan untuk mengunggulkan produknya itu sendiri.

Kata Kunci: diksi, iklan djarum 76 “jadi caleg cerdas”, kohesi dan koherensi, kontekstual, wacana.

Abstract

The paper reports on the results of study aiming to describes the cohesion and coherence in the djarum advertising discourse 76 "Becoming Smart Candidates", the style of language and describing the meaning contained in the advertisement.This study used a descriptive qualitative. Data was collected using a method of the documentation with the technique of note-taking, using the referring technique because of the observation and technical processes recorded to record everything about the djarum advertising discourse 76 "Become smart candidates". This study uses discourse analysis which is intended to find the closest relationship in interpendency or hunger.The results of the study show that in needle advertising 76 "Becoming smart candidates" uses daily language that is not standardized and disgraced. The integration of cohesion in the advertisement is said to be unclear, therefore it raises many arguments from the public. In the context and meaning, the word "What is important is smart" has no meaning other than not to favor the product itself.Use Times New Roman font size 10pt with spacing 1 (single) between lines for the body of the text. Jut in 0.5cm right and left (right and left indent). The maximum abstract length is 200 words.

Keywords: diction, advert of djarum 76 "Become Smart Candidates", cohesion and coherence, contextual, discourse

 

 

PENDAHULUAN

Iklan merupakan media penyampai pesan dari produsen kepada konsumen agar konsumen memilih produknya dan tidak memilih produk yang lain. Kekuatan utama iklan terletak pada bahasa, gambar, maupun penggarapan kreatif vidiografi sebagai gambaran iklan tersebut. Setiap pengiklan selalu menginginkan agar produk yang dipromosikan laku. Sebab efek lakunya penjualan menjadi patokan keberhasilan iklan. Dalam pengunaan bahasa, iklan mengandung bahasa informatif persuasif yang dimengerti oleh masyarakat pembaca. Di samping itu juga, gaya bahasa dalam iklan mempunyai sifat khas yang menjadi karakteristik, yaitu singkat, lancar, padat, sederhana, lugas, netral, dan menarik.

Dalam dunia periklanan, Banyak iklan yang popular karena Iklan cerita yang lucu, aneh hingga membuat sedih orang yang menontonnya. Hal ini menjadi strategi pemasaran produk agar bisa dikenal banyak orang. Salah satu conothnya adalah iklan rokok. Iklan rokok selalu memiliki kreatifitas dalam menyampaikan pesannya yang mengandung makna.  Produk djarum 76 merupakan salah satu produk yang memiliki kreativitas tinggi dalam mengiklankan produknya. Sebagai pemeran utama dengan sapaan “Om Jin”, mampu mengabulkan permintaan lawan main hanya sekejap dengan diikuti tingkahnya yang lucu membuat orang terhibur dan tentu bertanya tanya apa maksudnya iklan tersebut. Salah satu salah satu bentuk iklannya bertema “Jadi Caleg Cerdas” yang dimana membuat orang yang menonton senyum senyum sendiri dan juga mempunyai presepsi sendiri-sendiri dalam mengartikan maksud dari iklan yang dibuat. Hal tersebut wacana dalam iklan menjadi hal yang menarik dalam segi gaya bahasanya sebagai daya tarik untuk diteliti.

Penelitian ini membutuhkan analisis wacana yang mengungkap atau menganalisis bahasa yang digunakan dalam iklan djarum 76 secara tulis maupun lisan. Wacana merupakan kesatuan bahasa yang lengkap dan utuh karena setiap bagian wacana berhubungan dalam kesatuan makna yang semantis antar bagian di dalam suatu bangun bahasa. Menurut Gorgensen (1992:1) Wacana adalah gagasan umum bahwa bahasa ditata menurut pola-pola yang berbeda yang diikuti oleh ujaran para pengguna bahasa ketika mereka menggambil domain kehidupan sosial yang berbeda.

Adapun tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan struktur wacana iklan produk rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” pada televisi dari segi diksi, gaya bahasa dan kohesinya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat makna apa yang ingin disampaikan oleh pengiklan produk rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” pada televisi. Dengan tujuan tersebut dapat memahamkan penafsiran dari iklan tersebut.

Dalam penelitian analisis wacana iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” menggunakan jenis penelitian kualitatif Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian ini menggunakan pola deskriptif. Maksud dari pola deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Sugiyono, 2017:29).

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik simak catat dan dokumentasi. Teknik simak menurut Sudaryanto (2015:31) Menyimak adalah langkah awal yang dilakukan dengan memperlihatkan dan  mempelajari dengan seksama objek yang diteliti. Metode simak dipilih karena objek yang diteliti berupa bahasa yang  sifatnya teks. Metode simak juga harus disertai dengan teknik catat, yang berarti  peneliti mencatat data yang dinilai tepat dalam kajian analisis kesinambungan

Dalam teknik simak catat data diambil dengan cara menyimak atau melihat tayangan mengenai iklan rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” kemudian data tersebut dicatat dengan menuliskan transkrip percakapan tuturan menjadi sebuah naskah dialog dan dianalisis mengenai tekstual dan kontekstualnya. Penelitian ini menggunakan analisis wacana yang dimana analisis wacana berusaha mencari hubungan terdekat secara interpendensi atau ketergantungan (Aminuddin, 1989: 4) dalam Sumarlam, (2003:5). 

Dari tujuan yang sudah dipaparkan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, agar pembaca mengetahui maksud isi dari iklan produk rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”. Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengetahui kohesi dan koherensi dari iklan rokok djarum 76 “jadi Caleg Cerdas”

PEMBAHASAN

Data yang diambil ini merupakan data iklan yang muncul di televisi yaitu iklan djarum 76 yang bertemakan caleg cerdas. Data ini di ambil pada tanggal 9 maret 2019. Iklan yang biasa tayang pada malam hari ini banyak orang yang berargumen mengenai isi yang tersampaikan oleh iklan jadi caleg cerdas ini. Entah itu sindiran masyarakat ataupun hanya memperkenalkan produknya. Maka dari itu penelitian ini di analisis menggunakan analisis wacana.

Wacana dalam penelitian ini menggunakan pendekatan mikrostruktural dan makrostrukutral. Menurut Sumarlam, (2003:195) mikrostruktural merupakan pendekatan terhadap wacana yang menitik beratkan dalam segi mekanisme kohesi tekstualnya sedangkan makrostruktural meliputi konteks situasi dan konteks kulturalnya  Berikut adalah transkrip dari video iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”

Pada Suatu ketika, seorang caleg tiba di sebuah tempat. anggota legislatif yang turun dari mobil mewah lantas dihadang oleh beberapa wartawan .Serbuan pertanyaan awak media membuat anggota legislatif kewalahan sehingga menghindari wartawan.

TUJUH ENAM

Para Wartawan     : “ Banjir gimana Pak? Sampah Pak? Kemacetan? Kemiskinan? Solusinya gimana Pak? (1)

Sang anggota legistalif masuk dan tersandung oleh teko ajaib yang berisikan jin. Jin pun keluar dari teko.

Om Jin                : “Weh, Minta Apa?” (2)

Caleg                  : “Jadi Caleg Cerdas” (3)

Om Jin                : “Okey.., Jangkik! Otak kosong gitu! Imposebel! Krik.. krikk, krikk krik (4)

DJARUM, JARUM, DJARUM, TUJUH ENAM

Om Jin                  : “Yang penting cerdas” (5)

A.    Analisis Diksi

Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan yang selaras dengan penggunaannya dalam menyampaikan gagasan sehingga menimbulkan efek yang diinginkan. Diksi yang ditemukan pad iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” ditemukan menggunakan kata slang seprti kata “Okey” yang seharusnya “oke”, kata “gitu” yang seharusnya “begitu” dan kesalahan pengucapan bahasa Inggris yang di slewengkan agar dibuat lucu yaitu kata “imposebel” dari kata impossible yang berarti tidak mungkin atau mustahil.

Dalam bahasa pengiklanan biasanya mengarahkan target penonton yang menyaksikan tayangan iklan tersebut, tentuya dengan bahasa yang kekinian yang biasa digunakan dalam masyarakat, atau pengiklan bermaksud agar menarik penonton dengan menggunakan diksi yang dibuat sendiri dengan cara menyingkat-nyingkat kata.

Bahasa dalam iklan terkadang dipandang menarik, jika bersifat main-main. menurut Hakim (2006) dalam Yayah Athoriyah menjelaskan bahwa bahasa iklan biasanya bersifat “lanturan”. Menurutnya “lanturan” berbeda dengan kata yang melantur atau ngawur, tidak nyambung dengan topik yang dibahas. Sementara lanturan adalah sengaja melantur atau melantur dengan tujuan.

Dalam wacana iklan “Jadi Caleg Cerdas” tersebut terdapat diksi lanturan yang memiliki tujuan yaitu “imposebel” kata tersebut sengaja dilanturkan bukan hanya makna sebenarnya yang berarti mustahil, tetapi juga pengiklan menyampikan pesan tersirat bahwa jika tokoh om jin yang dimaksud adalah masyarakat, dalam iklan tersebut akan berarti sebel atau kesal karena yang seharusnya seorang anggota legislatif memiliki otak cerdas namun nyatanya tidak.

B.     Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal

Dalam wacana terdapat kohesi yaitu kesatuan bentuk yang ada di dalam wacana. Menurut Mulyana (2005: 26) menyatakan bahwa kohesi wacana adalah keterpaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Kohesi wacana terbagi di dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal..

1.      Analisis Kohesi Gramatikal

   Analisis kohesi gramatikal merupakan analisis dari segi bentuk atau struktur lahir wacana. Analisis wacana iklan rokok djarum 76 yang termasuk kohesi gramatikal hanya terdapat refrensi (pengacuan) dan pelesapan (elipsis).

a.       Refrensi (Pengacuan)

Dalam iklan rokok Djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” tidak ada refrensi persona yang terdapat dalam wacana iklan tersebut, karena wacana iklan tersebut hanya memperlihatkan oranya saja tanpa menggunakan kata ganti orang seperti “dia, ia, mereka dsb.

Menurut Sumarlam, (2003:23) pengacuan atau referensi merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya.

Namun pada iklan rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”, hanya ada refrensi komparatif yaitu pada data 3 “Jadi caleg cerdas” kata “Jadi” dalam wacana tersebut dimaksudkan anggota legislative tersebut menginginkan layaknya caleg cerdas yang dapat mengatasi permasalahan masyarakat.

b.      Pelesapan (elipsis)

Pelesapan (elipsis) dalam wacana merupakan penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Menurut Sumarlam, (2003:30). Pelesapan yaitu salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat

Penggunaan pelesapan ini digunakan untuk memadatkan kata atau mempersingkat kata supaya susunan kalimat menjadi singkat, padat, dan menarik. Pada wacana iklan rokok djarum 76 ditemukan penghilangan kata sehingga menimbulkan efek pelesapan. Terdapat dalam table berikut:

Tabel 1

Tabel Pelesapan

Kalimat

Pelesapan kata

Keterangan

“Banjir gimana Pak? Sampah Pak? Kemacetan? Kemiskinan? Solusinya gimana Pak?”

Mengatasi banjir gimana Pak? Menanggulangi Sampah Pak? Menanggulangi Kemacetan? Menanggulangi Kemiskinan? Solusinya gimana Pak?”

Kalimat yang dilontarkan para wartawan tersebut terdapat kata yang diesapkan seperti kata mengatasi atau menanggulangi seharusnya digunakan, namun karena dalam iklan tersebut konteksnya anggota legislatif sedang terburu-buru masuk ke sebuah gedung sehingga pelesapan digunakan.

“Jadi Caleg Cerdas”

 

Saya ingin jadi caleg cerdas”

 

Dalam kalimat ini seharu terdapat “saya ingin” namun dilesapkan sehingga langsung mengacu pada “jadi caleg cerdas”

 

2.      Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal menupakan kohesi dalam wacana yang berhubungan dengan antar unsur wacana secara semantis. Kohesi lesikal wacana meliputi repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi.

Dalam wacana iklan djarum 76 ”Jadi Caleg Cerdas hanya ada repetisi. Menurut Sumarlam, (2003 : 35). Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat) yang dianggap penting untukmemberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

 Repetisi tersebut terdapat pada data (1) “Banjir gimana Pak? Sampah Pak? Kemacetan? Kemiskinan? Solusinya gimana Pak. Repetisi atau pengulangan merupakan bagian dari penegasan ataupun penyampaian. Dalam kalimat tersebut pengulangan terlihat pada kata “pak” yang diujarkan oleh para hartawan.

Repetisi ini termasuk repetisi tautotes yaitu pengulangan satuan lingual beberapa kali dalam satu konstruksi. Jadi kata “pak” dalam repetisi ini maksudnya para wartawan membutuhkan respon dari calon legislative yang ingin diwawancarai.

C.    Konteks dan Makna Iklan Rokok Djarum 76 “Jadi Calg Cerdas”

Konteks merupakan sarana untuk memperjelas suatu maksud dalam sebuah wacana. Sarana yang dimaksud adalah ekspresi yang menjelasan maksud dan situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, yaitu situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, saluran (Hasan Alwi 1998:421). Produk iklan rokok djarum 76 tentunya mempunyai konteks dan makna tertentu untuk menarik konsumennya. Dalam periklanannya rokok tidak terang-terangan memperkenalkan produknya, hal ini karena terdapat undang-undang yang melarang mencontohkan atau mempertunjukan cara pakanya, hal tersebut produsen mengiklankan produknya dengan menggunakan metafora makna yang terselip.

Iklan rokok Djarum 76 mempunyai slogan yang penting cerdas. Situasi yang terjadi dalam iklan yaitu terjadinya percakapan antara jin dengan seorang anggota legislatif yang mana anggota tersebut menyampaikan permintaannya kepada jin untuk menjadikannya caleg cerdas. Kemudian jinpun melihat otak anggota legislatif tersebut dan ternyata kosong. Iklan tersebut disampaikan dalam bentuk dialog, Karena terjadi percakapan antara gadis dan jin. Bahasa dalam iklan tersebut menggunakan bahasa iklan. Dikatakan menggunakan bahasa iklan karena tidak ada keterkaitan antara produk diiklankan dengan tayangan.

Konsep pada iklan ini menggunakan unsur komedi yang disisipi kritik sosial dalam kebahasannya. Dalam versi “Jadi Caleg Cerdas” menyampaikan pesan mengenai calon-calon lembaga negara yang tujuannya hanya untuk pribadi. Namun ia sendiri sebenarnya tidak tahu bagaimana cara mengayomi, melindungi masyarakat. ini terlihat jelas pada dialog (3) yang menginginkan agar jadi caleg cerdas. Namun jin malah meledek dan tidak mengabulkan harapannya. Hal ini yang menjadi penonton cepat menangkap serta membuat iklan ini berbeda dengan iklan rokok lainnya.

Dalam tayangan iklan rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” pada bagian akhir dari iklan tersebut mengatakan “Yang penting Cerdas”, dapat diasumsikan maksudnya cerdas dulu dalam memilih rokok yang berkualitas. Tak lain tak bukan yaitu produk rokok djarum 76. Maksud dari kata "cerdas” dalam teks tersebut maksudnya rokok tersebut jika dikonsumsi dapat pemakainya menjadi cerdas, cerdas dalam arti dapat menenangkan pikiran, sehingga pikiran menjadi lancar. Jika pikiran lancar, masalah yang datang akan dapat teratasi dengan baik.

Ini dibuktian dengan adegan dimana seorang caleg kebingungan menjawab pertanyaan dari para wartawan.

D.    Analsis Bahasa

Sebuah iklan sudah pasti mempunyai konsep entah itu dalam cerita maupun dari segi kebahasaannya. Konsep tersebut harus dipikirkan matang-matang agar bagaimana caranya agar tayangannya tersebut menarik perhatian yang melihat. Tak jarang sebuah iklan menggunakan kebahasaanya sebagai ciri khas dari suatu produknya. lebih tepatnya yaitu iklan rokok yang beredar di stasiun televisi.

Iklan rokok dalam televisi lebih mengutamakan gaya bahasa yang berbeda dibanding dengan produk yang lain. Karena pada dasarnya iklan rokok di Indonesia tidak diperkenankan untuk memperkenalkan produknya secara terang-terangan. Sehingga para pengiklan rokok berputar otak dengan tetap mengiklankan produknya, yaitu dengan menggunakan berbahasa yang bermajas metafora. Metafora yaitu gaya bahasa yang bermakna kiasan yang hampir sama dengan objeknya. Sudah menjadi ciri khas dari sebuah iklan rokok, salah satunya yaitu dalam iklan rokok djarum 76.

Rokok djarum versi 76 selalu meghadirkan bahasa yang unik disetiap iklannya dan diakhir pasti memberikan sebuah penekanan dengan bahasa simple namun cukup membuat orang bingung dalam menafsirkannya. Sudah pasti dalam produk rokok ini diperuntukan untuk kalangan usia dewasa. Hal ini terlihat pada penggunaan bahasa yang butuh pemikiran yang sedikit mendalam untuk paham apa yang dimaksud. Seperti dalam iklan yang bertemakan “Jadi Caleg Cerdas” pada akhir mereka menyebutkan kalimat “yang penting cerdas”. Kalimat tersebut dapat diartikan dalam metafora yaitu hanya orang cerdas yang memilih produk rokok yang baik ini dengan bahasa yang dibumbui dialeg jawa kental dari sosok Om Jin ini.

 

 

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan mengenai kohesi dan koherensi, konteks situasi dan makna yang terdapat pada wacana iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” yaitu dalam analisis kohesi gramatikal hanya terdapat dua unsur yaitu refrensi dan pelesapan. Kemudian dari segi kohesi leksikal hanya terdapat repetisi. Kemudian jika dianaisis dalam segi konteks dan makna iklan rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” memiliki konteks dan maksud bahwa wacana dalam iklan tersebut masih belum padu, walaupun bahasanya yang diterima cukup jelas. iklan tersebut unsur komedi yang disisipi kritik sosial dalam kebahasannya. Dalam versi “Jadi Caleg Cerdas” menyampaikan pesan mengenai calon-calon lembaga negara

Jadi, makna yang tersirat dari kata ”Yang Penting Cerdas” pada akhir iklan tersebut adalah cerdas dalam hal memilih produk rokok, yang mana iklan tersebut mengajak agar konsumen agar memilih produk tersebut. Kalimat tersebut dapat diartikan dalam metafora hanya orang cerdas yang memilih produk rokok yang berkualitas, yaitu rokok djarum 76.


DAFTAR PUSTAKA

Hasan Alwi. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Jorgensen, Maruanne W, Dkk. Terjemah Imam Suyitno 2007. Analisis Wacana Teori & Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Sugiyono. 2017. Metode penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kulitatif dan R&D). Bandung: Alvabeta.

Sumarlam, Dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.

Sumasari, Yoani Julita. 2014. “Analisis Wacana Iklan Kosmetik Di Media Televisi”. Jambi: JurnalPena.

Wicaksono, Andri. 2011. “Analisis Wacana Kritis Iklan Operator Seluler (Teks Dan Konteks Iklan Xl Dengan Kartu As)”. Jarkarta.

 


 

0 komentar:

Posting Komentar