ANALISIS WACANA IKLAN ROKOK DJARUM
76 “JADI CALEG CERDAS” TAHUN 2019
disusun oleh:
Bramasta Krisna
Diandra
16410074
082221156449
Abstrak
Tulisan dalam
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai kohesi dan koherensi
dalam wacana iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”, diksi, gaya bahasa dan
mendeskripsikan makna yang ada di dalam iklan tersebut. Penelitian ini
menggunakan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode
dokumentasi dengan teknik simak catat, menggunakan teknik simak karena proses
pengamatan dan teknik catat untuk mencatat semua mengenai wacana iklan djarum
76 “Jadi caleg cerdas”. Penelitian ini menggunakan analisis wacana yang
dimaksudkan untuk mencari hubungan terdekat secara interpendensi atau
keterantungan. Hasil dari penelitian tampak bahwa dalam iklan jarum 76 “Jadi
Caleg cerdas” menggunakan bahasa keseharian yang tidak baku dan menggunakan
bahasa yang dilanturkan. Keterpaduan kohesi dalam iklan tersebut dikatakan
kurang jelas, maka dari itu menimbulkan banyak argumenn dari masyarakat. Dalam
konteks dan maknanya, kata “Yang penting cerdas” memiliki makna tidak lain dan
tidak bukan untuk mengunggulkan produknya itu sendiri.
Kata Kunci: diksi, iklan djarum 76 “jadi caleg cerdas”, kohesi dan koherensi, kontekstual, wacana.
Abstract
The paper reports on the results of study
aiming to describes the cohesion and coherence in the djarum advertising
discourse 76 "Becoming Smart Candidates", the style of language and
describing the meaning contained in the advertisement.This study used a descriptive
qualitative. Data was collected using a method of the documentation with the
technique of note-taking, using the referring technique because of the
observation and technical processes recorded to record everything about the
djarum advertising discourse 76 "Become smart candidates". This study
uses discourse analysis which is intended to find the closest relationship in
interpendency or hunger.The results of the study show that in needle
advertising 76 "Becoming smart candidates" uses daily language that
is not standardized and disgraced. The integration of cohesion in the
advertisement is said to be unclear, therefore it raises many arguments from
the public. In the context and meaning, the word "What is important is
smart" has no meaning other than not to favor the product itself.Use Times
New Roman font size 10pt with spacing 1 (single) between lines for the body of
the text. Jut in 0.5cm right and left (right and left indent). The maximum
abstract length is 200 words.
Keywords: diction, advert
of djarum 76 "Become Smart Candidates", cohesion and coherence,
contextual, discourse
PENDAHULUAN
Iklan merupakan media penyampai pesan dari produsen kepada
konsumen agar konsumen memilih produknya dan tidak memilih produk yang lain.
Kekuatan utama iklan terletak pada bahasa, gambar, maupun penggarapan kreatif
vidiografi sebagai gambaran iklan tersebut. Setiap pengiklan selalu
menginginkan agar produk yang dipromosikan laku. Sebab efek lakunya penjualan
menjadi patokan keberhasilan iklan. Dalam pengunaan bahasa, iklan mengandung
bahasa informatif persuasif yang dimengerti oleh masyarakat pembaca. Di samping
itu juga, gaya bahasa dalam iklan mempunyai sifat khas yang menjadi
karakteristik, yaitu singkat, lancar, padat, sederhana, lugas, netral, dan
menarik.
Dalam dunia periklanan, Banyak iklan yang popular karena
Iklan cerita yang lucu, aneh hingga membuat sedih orang yang menontonnya. Hal
ini menjadi strategi pemasaran produk agar bisa dikenal banyak orang. Salah
satu conothnya adalah iklan rokok. Iklan rokok selalu memiliki kreatifitas
dalam menyampaikan pesannya yang mengandung makna. Produk djarum 76 merupakan salah satu produk
yang memiliki kreativitas tinggi dalam mengiklankan produknya. Sebagai pemeran
utama dengan sapaan “Om Jin”, mampu mengabulkan permintaan lawan main hanya
sekejap dengan diikuti tingkahnya yang lucu membuat orang terhibur dan tentu
bertanya tanya apa maksudnya iklan tersebut. Salah satu salah satu bentuk
iklannya bertema “Jadi Caleg Cerdas” yang dimana membuat orang yang menonton
senyum senyum sendiri dan juga mempunyai presepsi sendiri-sendiri dalam
mengartikan maksud dari iklan yang dibuat. Hal tersebut wacana dalam iklan
menjadi hal yang menarik dalam segi gaya bahasanya sebagai daya tarik untuk
diteliti.
Penelitian ini membutuhkan analisis wacana yang mengungkap
atau menganalisis bahasa yang digunakan dalam iklan djarum 76 secara tulis
maupun lisan. Wacana merupakan kesatuan bahasa yang lengkap dan utuh karena
setiap bagian wacana berhubungan dalam kesatuan makna yang semantis antar
bagian di dalam suatu bangun bahasa. Menurut Gorgensen (1992:1) Wacana adalah
gagasan umum bahwa bahasa ditata menurut pola-pola yang berbeda yang diikuti
oleh ujaran para pengguna bahasa ketika mereka menggambil domain kehidupan
sosial yang berbeda.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan struktur wacana
iklan produk rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” pada televisi dari segi diksi,
gaya bahasa dan kohesinya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
melihat makna apa yang ingin disampaikan oleh pengiklan produk rokok djarum 76
“Jadi Caleg Cerdas” pada televisi. Dengan tujuan tersebut dapat memahamkan penafsiran
dari iklan tersebut.
Dalam penelitian analisis wacana
iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” menggunakan jenis penelitian
kualitatif Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian ini
menggunakan pola deskriptif. Maksud dari pola deskriptif adalah metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya (Sugiyono, 2017:29).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan teknik simak catat dan dokumentasi. Teknik simak menurut Sudaryanto (2015:31) Menyimak adalah
langkah awal yang dilakukan dengan memperlihatkan dan mempelajari dengan seksama objek yang
diteliti. Metode simak dipilih karena objek yang diteliti berupa bahasa
yang sifatnya teks. Metode simak juga
harus disertai dengan teknik catat, yang berarti peneliti mencatat data yang dinilai tepat
dalam kajian analisis kesinambungan
Dalam teknik simak catat data diambil dengan cara menyimak
atau melihat tayangan mengenai iklan rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”
kemudian data tersebut dicatat dengan menuliskan transkrip percakapan tuturan
menjadi sebuah naskah dialog dan dianalisis mengenai tekstual dan
kontekstualnya. Penelitian ini menggunakan analisis wacana yang dimana analisis
wacana berusaha mencari hubungan terdekat secara interpendensi atau
ketergantungan (Aminuddin, 1989: 4) dalam Sumarlam, (2003:5).
Dari tujuan yang sudah dipaparkan, penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pembaca, agar pembaca mengetahui maksud isi dari iklan
produk rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”. Penelitian ini juga bermanfaat
untuk mengetahui kohesi dan koherensi dari iklan rokok djarum 76 “jadi Caleg
Cerdas”
PEMBAHASAN
Data yang diambil ini merupakan data iklan
yang muncul di televisi yaitu iklan djarum 76 yang bertemakan caleg cerdas.
Data ini di ambil pada tanggal 9 maret 2019. Iklan yang biasa tayang pada malam
hari ini banyak orang yang berargumen mengenai isi yang tersampaikan oleh iklan
jadi caleg cerdas ini. Entah itu sindiran masyarakat ataupun hanya
memperkenalkan produknya. Maka dari itu penelitian ini di analisis menggunakan
analisis wacana.
Wacana dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
mikrostruktural dan makrostrukutral. Menurut Sumarlam, (2003:195) mikrostruktural
merupakan pendekatan terhadap wacana yang menitik beratkan dalam segi mekanisme
kohesi tekstualnya sedangkan makrostruktural meliputi konteks situasi dan konteks kulturalnya Berikut
adalah transkrip dari video iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”
Pada Suatu ketika, seorang caleg tiba di
sebuah tempat. anggota legislatif yang turun dari mobil mewah lantas
dihadang oleh beberapa wartawan .Serbuan pertanyaan awak media membuat anggota
legislatif kewalahan sehingga menghindari wartawan.
TUJUH
ENAM
Para
Wartawan : “ Banjir gimana Pak? Sampah
Pak? Kemacetan? Kemiskinan? Solusinya gimana Pak? (1)
Sang
anggota legistalif masuk dan tersandung oleh teko ajaib yang berisikan jin. Jin
pun keluar dari teko.
Om
Jin : “Weh, Minta Apa?” (2)
Caleg
: “Jadi Caleg Cerdas” (3)
Om
Jin : “Okey.., Jangkik!
Otak kosong gitu! Imposebel! Krik.. krikk, krikk krik (4)
DJARUM,
JARUM, DJARUM, TUJUH ENAM
Om
Jin : “Yang penting cerdas” (5)
A. Analisis
Diksi
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan yang selaras dengan
penggunaannya dalam menyampaikan gagasan sehingga menimbulkan efek yang
diinginkan. Diksi yang ditemukan pad iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas”
ditemukan menggunakan kata slang seprti kata “Okey” yang seharusnya “oke”, kata “gitu” yang
seharusnya “begitu” dan kesalahan pengucapan bahasa Inggris yang di slewengkan
agar dibuat lucu yaitu kata “imposebel” dari kata impossible yang
berarti tidak mungkin atau mustahil.
Dalam bahasa pengiklanan biasanya mengarahkan target penonton yang
menyaksikan tayangan iklan tersebut, tentuya dengan bahasa yang kekinian yang
biasa digunakan dalam masyarakat, atau pengiklan bermaksud agar menarik
penonton dengan menggunakan diksi yang dibuat sendiri dengan cara menyingkat-nyingkat
kata.
Bahasa dalam iklan terkadang dipandang menarik, jika bersifat
main-main. menurut Hakim (2006) dalam Yayah Athoriyah menjelaskan bahwa bahasa
iklan biasanya bersifat “lanturan”. Menurutnya “lanturan” berbeda dengan kata
yang melantur atau ngawur, tidak nyambung dengan topik yang dibahas. Sementara
lanturan adalah sengaja melantur atau melantur dengan tujuan.
Dalam wacana iklan “Jadi Caleg Cerdas” tersebut terdapat diksi lanturan
yang memiliki tujuan yaitu “imposebel” kata tersebut sengaja dilanturkan bukan hanya
makna sebenarnya yang berarti mustahil, tetapi juga pengiklan menyampikan pesan
tersirat bahwa jika tokoh om jin yang dimaksud adalah masyarakat, dalam iklan
tersebut akan berarti sebel atau kesal karena yang seharusnya seorang anggota
legislatif memiliki otak cerdas namun nyatanya tidak.
B. Analisis
Kohesi Gramatikal dan Leksikal
Dalam wacana terdapat kohesi yaitu kesatuan bentuk yang ada di
dalam wacana. Menurut Mulyana (2005: 26) menyatakan bahwa kohesi wacana adalah
keterpaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Kohesi
wacana terbagi di dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal..
1. Analisis
Kohesi Gramatikal
Analisis kohesi gramatikal merupakan
analisis dari segi bentuk atau struktur lahir wacana. Analisis wacana iklan
rokok djarum 76 yang termasuk kohesi gramatikal hanya terdapat refrensi
(pengacuan) dan pelesapan (elipsis).
a.
Refrensi
(Pengacuan)
Dalam iklan rokok Djarum 76
“Jadi Caleg Cerdas” tidak ada refrensi persona yang terdapat dalam wacana iklan
tersebut, karena wacana iklan tersebut hanya memperlihatkan oranya saja tanpa
menggunakan kata ganti orang seperti “dia, ia, mereka dsb.
Menurut Sumarlam, (2003:23)
pengacuan atau referensi merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa
satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu
acuan) yang mendahului atau mengikutinya.
Namun pada iklan rokok djarum
76 “Jadi Caleg Cerdas”, hanya ada refrensi komparatif yaitu pada data 3 “Jadi
caleg cerdas” kata “Jadi” dalam wacana tersebut dimaksudkan anggota legislative
tersebut menginginkan layaknya caleg cerdas yang dapat mengatasi permasalahan
masyarakat.
b.
Pelesapan
(elipsis)
Pelesapan (elipsis) dalam
wacana merupakan penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah
disebutkan sebelumnya. Menurut Sumarlam, (2003:30). Pelesapan yaitu salah satu
jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual
tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur yang dilesapkan dapat berupa
kata, frasa, klausa, atau kalimat
Penggunaan pelesapan ini
digunakan untuk memadatkan kata atau mempersingkat kata supaya susunan kalimat
menjadi singkat, padat, dan menarik. Pada wacana iklan rokok djarum 76
ditemukan penghilangan kata sehingga menimbulkan efek pelesapan. Terdapat dalam
table berikut:
Tabel 1
Tabel
Pelesapan
|
Kalimat |
Pelesapan kata |
Keterangan |
|
“Banjir gimana Pak?
Sampah Pak? Kemacetan? Kemiskinan? Solusinya gimana Pak?” |
“Mengatasi banjir gimana Pak?
Menanggulangi Sampah Pak? Menanggulangi Kemacetan? Menanggulangi Kemiskinan? Solusinya gimana Pak?” |
Kalimat
yang dilontarkan para wartawan tersebut terdapat kata yang diesapkan seperti
kata mengatasi atau menanggulangi seharusnya digunakan, namun karena dalam
iklan tersebut konteksnya anggota legislatif sedang terburu-buru masuk ke
sebuah gedung sehingga pelesapan digunakan. |
|
“Jadi Caleg Cerdas” |
”Saya ingin jadi caleg cerdas” |
Dalam
kalimat ini seharu terdapat “saya ingin” namun dilesapkan sehingga langsung
mengacu pada “jadi caleg cerdas” |
2. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal menupakan kohesi dalam wacana yang berhubungan dengan
antar unsur wacana secara semantis. Kohesi lesikal wacana meliputi repetisi,
sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi.
Dalam wacana iklan djarum 76 ”Jadi Caleg Cerdas hanya ada repetisi. Menurut Sumarlam, (2003
: 35). Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata atau
bagian kalimat) yang dianggap penting untukmemberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai.
Repetisi tersebut terdapat pada
data (1) “Banjir gimana Pak? Sampah Pak? Kemacetan? Kemiskinan? Solusinya
gimana Pak. Repetisi atau pengulangan merupakan bagian dari penegasan ataupun
penyampaian. Dalam kalimat tersebut pengulangan terlihat pada kata “pak” yang
diujarkan oleh para hartawan.
Repetisi ini termasuk repetisi tautotes yaitu pengulangan satuan
lingual beberapa kali dalam satu konstruksi. Jadi kata “pak” dalam repetisi ini maksudnya
para wartawan membutuhkan respon dari calon legislative yang ingin
diwawancarai.
C. Konteks
dan Makna Iklan Rokok Djarum 76 “Jadi Calg Cerdas”
Konteks merupakan sarana untuk memperjelas suatu maksud dalam
sebuah wacana. Sarana yang dimaksud adalah ekspresi yang menjelasan maksud dan
situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, yaitu situasi,
pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat,
kode, saluran (Hasan Alwi 1998:421). Produk iklan rokok djarum 76 tentunya
mempunyai konteks dan makna tertentu untuk menarik konsumennya. Dalam
periklanannya rokok tidak terang-terangan memperkenalkan produknya, hal ini
karena terdapat undang-undang yang melarang mencontohkan atau mempertunjukan
cara pakanya, hal tersebut produsen mengiklankan produknya dengan menggunakan
metafora makna yang terselip.
Iklan rokok Djarum 76 mempunyai slogan yang penting cerdas.
Situasi yang terjadi dalam iklan
yaitu terjadinya percakapan antara jin dengan seorang anggota legislatif yang
mana anggota tersebut menyampaikan permintaannya kepada jin untuk menjadikannya
caleg cerdas. Kemudian jinpun melihat otak anggota legislatif tersebut dan
ternyata kosong. Iklan tersebut disampaikan dalam bentuk dialog, Karena terjadi percakapan antara gadis dan jin.
Bahasa dalam iklan tersebut menggunakan bahasa iklan. Dikatakan menggunakan bahasa iklan karena tidak ada
keterkaitan antara produk diiklankan
dengan tayangan.
Konsep pada iklan ini
menggunakan unsur komedi yang disisipi kritik sosial dalam kebahasannya. Dalam
versi “Jadi Caleg Cerdas” menyampaikan pesan mengenai calon-calon lembaga
negara yang tujuannya hanya untuk pribadi. Namun ia sendiri sebenarnya tidak
tahu bagaimana cara mengayomi, melindungi masyarakat. ini terlihat jelas pada
dialog (3) yang menginginkan agar jadi caleg cerdas. Namun jin malah meledek
dan tidak mengabulkan harapannya. Hal ini yang menjadi penonton cepat menangkap
serta membuat iklan ini berbeda dengan iklan rokok lainnya.
Dalam tayangan iklan rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” pada
bagian akhir dari iklan tersebut mengatakan “Yang penting Cerdas”, dapat
diasumsikan maksudnya cerdas dulu dalam memilih rokok yang berkualitas. Tak
lain tak bukan yaitu produk rokok djarum 76. Maksud dari kata "cerdas”
dalam teks tersebut maksudnya rokok tersebut jika dikonsumsi dapat pemakainya
menjadi cerdas, cerdas dalam arti dapat menenangkan pikiran, sehingga pikiran
menjadi lancar. Jika pikiran lancar, masalah yang datang akan dapat teratasi
dengan baik.
Ini dibuktian dengan adegan dimana seorang caleg kebingungan
menjawab pertanyaan dari para wartawan.
D. Analsis
Bahasa
Sebuah iklan sudah pasti mempunyai konsep entah itu dalam cerita
maupun dari segi kebahasaannya. Konsep tersebut harus dipikirkan matang-matang
agar bagaimana caranya agar tayangannya tersebut menarik perhatian yang
melihat. Tak jarang sebuah iklan menggunakan kebahasaanya sebagai ciri khas
dari suatu produknya. lebih tepatnya yaitu iklan rokok yang beredar di stasiun
televisi.
Iklan rokok dalam televisi lebih mengutamakan gaya bahasa yang
berbeda dibanding dengan produk yang lain. Karena pada dasarnya iklan rokok di
Indonesia tidak diperkenankan untuk memperkenalkan produknya secara
terang-terangan. Sehingga para pengiklan rokok berputar otak dengan tetap
mengiklankan produknya, yaitu dengan menggunakan berbahasa yang bermajas
metafora. Metafora yaitu gaya bahasa yang bermakna kiasan yang hampir sama
dengan objeknya. Sudah menjadi ciri khas dari sebuah iklan rokok, salah satunya
yaitu dalam iklan rokok djarum 76.
Rokok djarum versi 76
selalu meghadirkan bahasa yang unik disetiap iklannya dan diakhir pasti
memberikan sebuah penekanan dengan bahasa simple namun cukup membuat orang
bingung dalam menafsirkannya. Sudah pasti dalam produk rokok ini diperuntukan
untuk kalangan usia dewasa. Hal ini terlihat pada penggunaan bahasa yang butuh
pemikiran yang sedikit mendalam untuk paham apa yang dimaksud. Seperti dalam
iklan yang bertemakan “Jadi Caleg Cerdas” pada akhir mereka menyebutkan kalimat
“yang penting cerdas”. Kalimat tersebut dapat diartikan dalam metafora yaitu
hanya orang cerdas yang memilih produk rokok yang baik ini dengan bahasa yang
dibumbui dialeg jawa kental dari sosok Om Jin ini.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan
mengenai kohesi dan koherensi, konteks situasi dan makna yang terdapat pada
wacana iklan djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” yaitu dalam analisis kohesi
gramatikal hanya terdapat dua unsur yaitu refrensi dan pelesapan. Kemudian dari
segi kohesi leksikal hanya terdapat repetisi. Kemudian jika dianaisis dalam
segi konteks dan makna iklan rokok djarum 76 “Jadi Caleg Cerdas” memiliki
konteks dan maksud bahwa wacana dalam iklan tersebut masih belum padu, walaupun
bahasanya yang diterima cukup jelas. iklan tersebut unsur
komedi yang disisipi kritik sosial dalam kebahasannya. Dalam versi “Jadi Caleg
Cerdas” menyampaikan pesan mengenai calon-calon lembaga negara
Jadi, makna yang tersirat dari kata ”Yang Penting Cerdas”
pada akhir iklan tersebut adalah cerdas dalam hal memilih produk rokok, yang
mana iklan tersebut mengajak agar konsumen agar memilih produk tersebut. Kalimat tersebut dapat diartikan dalam metafora hanya orang
cerdas yang memilih produk rokok yang berkualitas, yaitu rokok djarum 76.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan
Alwi. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Jorgensen,
Maruanne W, Dkk. Terjemah Imam Suyitno 2007. Analisis Wacana Teori & Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana.
2005. Kajian Wacana Teori, Metode, dan
Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sudaryanto.
2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Sugiyono.
2017. Metode penelitian Pendidikan
(pendekatan Kuantitatif, Kulitatif dan R&D). Bandung: Alvabeta.
Sumarlam,
Dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis
Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.
Sumasari,
Yoani Julita. 2014. “Analisis Wacana Iklan Kosmetik Di Media Televisi”. Jambi:
JurnalPena.
Wicaksono,
Andri. 2011. “Analisis Wacana Kritis Iklan Operator Seluler (Teks Dan Konteks
Iklan Xl Dengan Kartu As)”. Jarkarta.






