UPGRIS BERSASTRA dilaksanakan pada tanggal 19
Oktober 2016. Dalam rangka mendekati bulan bahasa Universitas PGRI Semarang
mengadakan sebuah kegiatan yang bermanfaat yaitu acara seminar yang diberi nama
“UPGRIS BETSASTRA”. Pukul 07:30 banyak orang yang berbondong – bonding memasuki
Balairung Universitas PGRI Semarang. Dalam acara tersebut menghadirkan sosok
sang penyair handal yaitu Triyanto Triwikromo yang karya sastranya akan dibedah
dalam acara tersebut. Karya yang akan dibahas dalam acara tersebut bertuliskan
“ 3 buku, 3 pembaca, 3 Kritikus, 1 pengarang “ yang menjadi menarik perhatian
dari mahasiswa terutama dari Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Sastra (FPBS).
Acara dibuka dengan persembahan tari – tarian dan
syair - syair karya Triyanto yang dibacakan oleh para mahasiswa. Diawali dengan
3 pembaca. Pembaca pertama yaitu Bapak Rektor Dr. Mukhdi dengam membacakan
puisi yang berjudul “ Takziah “. Kemudian pembaca kedua yaitu Ibu Wakil Rektor
yaitu Dra. Suciarti yang membacakan puisi yang berjudul “selir musim panas.pembaca
yang ketiga dibacakan oleh group band tetapi membacakannya dalam bentuk lagu.
Kemudian masuk dalam acara selanjutnya pembedahan
bukuoleh 3 kritikus. Kritikus yang pertama bernama Nur Hidayat yang membedah
buku karya Triyanto yang berjudul Sesat
Pikir Para Binatang. Tetapi Nur Hidayat tidak memberikan komentar terhadap
karya tersebut malah memuji seorang Triyanto. Kemudian krtikikus kedua yaitu
Prasetyo Utomo yang membedah buku yang berjudul Bersepeda Ke Neraka. Prasetyo berpendapat
bahwa buku tersebut masuk dalam sastra tidak memiliki genetic. Kemudian
Widyanur Eko Putra membedah buku berjudul Selir Musim Panas. Sama seperti Nur
HIdayat, Widyanur juga tidak menjelaskan secara spesifik tentang buku tersebut.
Acara selanjutanya yaitu sang penyair tersebut di
undang ke atas panggung untuk di beri pertanyaan oleh moderator tentang
karyanya. Pertanyaan pertama “ Apa enaknya jadi seorang penulis? “ triyanto
menjawab “ Jadi penulis itu sama seperti tukng panjat kelapa. Jadi tidak keren”
. Beliau berpesan jika ingin menjadi penulis jadilah penulis yang sederhana.
Pertanyaan kedua “ mengapa banyak pembunuhan dan Kematian?” san penulispun
menjawab “ Kematian itu menguak kehidupan, bukan dari ada lalu tiada tetapi
dari tiada menjadi ada “. Pertanyaan ketiga “ Kenapa banyak unsur binatang?”
beliau menjawab “ jangan lupa kita adalah binatang binatang yang bertulang
belakang. Maka benar bila perjuangan terberat adalah menjadi manusia”. Acara
kemudian ditutup denan pesan “ Bila menjadi penulis, jadilah penulis dengan
sebaik baiknya.
-Bramasta Krisna Diandra/16410074-
-Bramasta Krisna Diandra/16410074-
0 komentar:
Posting Komentar