Jumat, 23 Desember 2016

Membaca Kreatif

0 komentar
Oleh  Kelompok : 10
Nama Anggota      : 1. Bramasta Krisna                     (16410074)
                                 2. Sholikhatun                            (16410088)
                                 3. Octavia Cahyaningrum R      (16410089)
                                 4. Ovita Rendi Egiyani P           (16410083)
Kelas                     : 1 B
























A.  Pengertian Membaca Menurut Para Ahli

1. Anderson (dalam Zulfahnur, 1991: 22) mengemukakan bahwa membaca adalah melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.
2. Henry Guntur Tarigan (Mulyati, 2009:45) mengemukakan bahwa membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan.
3. Poerwodarminto (dalam Zulfahnur, 1991: 22) mengemukakan bahwa membaca adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/atau memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya

B. Manfaat Membaca Kreatif
  1. Dengan membaca, kita dapat menerapkan berbagai knowledge baru yang kita peroleh untuk mengembangkan karir. Berbagai pengetahuan terdapat dalam beragam jenis buku bacaan. Setiap pembaca membaca maka pembaca akan mendapat pengetahuan yang baru dan pengetahuan tersebut akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup dan karir pembaca.
  2. Meningkatkan kemampuan dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan masing-masing. Pengetahuan baru yang kita dapatkan dari membaca dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan kita.
  3. Manfaat penting yang dapat dipetik dari proses membaca pemahaman kreatif salah satunya adalah untuk menulis. Semakin banyak pengetahuan yang didapatkan melalui bacaan maka akan semakin mudah untuk menulis dan kita juga bisa praktik menulis sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam buku.
  4. Membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang. Misalnya wacana tentang siraman rohani, pemikiran para budayawan, informasi cara merawat kesehatan tubuh, imformasi cara membuat makanan atau barang.
  5. Memberikan informasi soal cara memanfaatkan lahan milik kita, misalnya membudidayakan tanaman hias, tanaman obat dan lain-lain. Apabila anda tertarik untuk memelihara ternak atau tanaman, dari buku pun anda dapat belajar cara merawatnya, memilih pupuk atau pakan yang diperlukan dan sebagainya.
  6. Untuk menambah pengetahuan antara lain cara membuat bangunan dan menata ruangan secara artistik, termasuk cara merenovasi suatu bangunan agar terkesan lebih nyaman dam indah.
C. Tujuan Membaca Kreatif
Membaca kreatif pada umumnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dalam membaca kreatif adalah sebagai berikut:
  1. Memahami informasi secara lebih mendalam.
  2. Mengetahui sesuatu dengan lebih mendalam.
  3. Membaca kreatif bertujuan agar para mahasiswa teranpil berkreasi dalam hal-hal dramatisasi, interpretasi lisan atau musik, narasi, ekspresi tulis dan ekspresi visual.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca kreatif pada dasarnya bertujuan untuk memahami sesuatu dengan lebih tepat dan mendalam serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Ciri-Ciri Membaca Kreatif
Membaca kreatif memiliki beberapa ciri yang berbeda dari membaca pemahaman yang lain. Menurut Nurhadi (1984) mengatakan bahwa sebagai seorang pembaca yang kreatif harus dapat memebuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
  1. Kegiatan membaca tidak berhenti pada saat menutup buku. Artinya harus ada tindakan lanjutan setelah kegiatan membaca tersebut selesai.
  2. Mampu menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Yang berarti bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh setelah membaca mampu memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai. Pengetahuan yang diperoleh setelah membaca menambah kematangan sikap, cara berpikir kreatif dan logis sehingga sikap dan tingkah laku yang dilakukan selalu dipikirkan dengan baik dan tidak sembarangan/sembrono.
  4. Hasil membaca berlaku sepanjang masa. Hasil dari membaca kreatif tidak akan mudah dilupakan dalam waktu yang singkat. Hal ini karena adanya pemahaman yang mendalam tentang informasi tersebut.
  5. Mampu menilai membaca secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan.
  6. Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil yang dibaca.
E. Beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang pembaca kreatif adalah:
  1. Keterampilan mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya.
  2. Keterampilan membuat resensi buku.
  3. Keterampilan memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku.
  4. Keterampilan mengubah buku cerita prosa (cerpen, novel) menjadi bentuk naskah drama atau sandiwara.
  5. Keterampilan mengubah puisi menjadi prosa.
  6. Keterampilan mementaskan naskah drama yang dibaca.
F. Membaca kreatif dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
  • Menarik kesimpulan dari fakta yang dibaca.
Dalam hal ini seorang pembaca bisa menyimpulkan teks wacana yang telah dibacanya. Bila ia mampu membuat kesimpulan hal tersebut menandakan ia telah mampu menangkap dan memahami isi bacaan.
  • Melanjutkan pemikiran penulis
Melanjutkan pemikiran penulis berarti bahwa pembaca secara kreatif mengambangkan sendiri gagasan dari bacaan yang telah mampu dipahaminya.
G. Dalam membaca pemahaman kreatif, untuk mampu memahami pikiran pengarang diperlukan beberapa ketangkasan dalam belajar yang meliputi:
  1. Melihat rencana pengarang.
  2. Mengerti gagasan inti.
  3. Menangkap fakta-fakta dan detail-detail yang penting.
  4. Menghubung-hubungkan fakta-fakta dan merangkum apa yang disampaikan oleh pengarang melalui teks bacaan.
  5. Mendapatkan kesan umum dari buku atau karangan.
Read more...

Kamis, 22 Desember 2016

Pengalaman Membaca Saya || Dunia Kata

0 komentar

Membaca adalah sebuah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media dengan menggunakan kata – kata. Menurut Keraf Mr. Gorys “Membaca merupakan suatu proses yang mengandung komponen fisik dan mental. Sepanjang jalur tersebut, dapat diterjemahkan juga sebagai metodologi memberikan pentingnya gambar visual”. Demikian pula yang dikemukakan oleh Mr.Juel dalam buku Mr.Sandjaja (2005) Membaca merupakan sebuah proses untuk dapat mengenal kata-kata dan memadukan menjadi arti kata dan menjadi kalimat dan struktur baca”. Dengan membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan tentang banyak hal dalam kehidupan ini.

Nah kali ini saya akan menceritakan sepenggal pengalaman dalam membaca buku sejak sampai kecil hingga sekarang. Awal saya membaca kemungkinan sejak saya masih dibangku taman kanak - kanak atau yang disebut dengan TK. Dari sana saya diajarkan mengenal huruf abjad dari huruf A – Z. dengan dibimbing seorang guru yang sangat penyabar, saya mulai bias membaca entah itu nama binatang, nama buah, dan lain sebagainya. Dari situlah timbul rasa suka terhadap membaca. Apalag di bangku taman kanak – kanak suka sekali dengan dongeng yang bergambar, apalagi dihiasi oleh warna warna yang cerah. Pada waktu itu saya masih ingat bukunya yang berjudul “ Cerita Si kancil “ yang berceria seorang kancil yang cerdik.



Kemudian di bangku SD saya juga masih suka membaca buku walaupun buku pelajaran. Kemudian dibangku SMP saya menjadi orang yang agak malas membaca. Mungkin karena bacaannya yang terlalu banyak dan kata katanya yang bertele - tele. Hingga kebiasaan itu berlanjut di bangku SMA sering malas untuk membaca walaupun kadang juga membacanya karena ulangan atau tugas. Padahal membaca adalah jembatan ilmu tanpa membaca kita tidak tau apa apa.Pada suatu ketika saat dibangku SMA kelas XI saya ditunjuk sebagai salah satu untuk menjadi paduan suara untuk mengisi sebuah aca perpisahan kakak kelas. Pada saat itu juga ada sebuah acara yang dapat menumbuhkan kembali rasa ingin membaca lagi. Dengan dibacakannya kata - kata yang penuh makna dengan lantunan yang merdu dapat meluluhkan hati saya,yang saya maksudkan adalah puisi, apalagi seseorang yang membacanya yang cantik jelita. Sejak itu saya  terus mencari – cari berbagai macam puisi di internet. Tetapi bukan hanya puisi saja yang saya baca, artikel, berita, dan lainnya.





Dalam membaca pasti mempunyai banyak manfaat, berikut pendapat dari beberapa para pakar :

Menurut pendapat suyitno tentang manfaat membaca (1985: 37-38), yaitu:

Ø  untuk penyempurnaan teknik membaca;

Ø  untuk penyempurnaan pemahaman isi bacaan;

Ø  untuk mendapatkan pemahaman kosakata;

Ø  untuk mendapatkan penumbuhan kesadaran untuk kepentingan membaca sebagai sarana mendapatkan informasi;

Ø  untuk mendapatkan penumbuhan sikap suka mencari kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan batin

Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya tentang Manfaat membaca (1992: 140-141), antara lain:

§  dapat membuka cakrawala kehidupan bagi pembaca

§  dapat menyaksikan dunia lain-dunia pikiran dan renungan merubah pembaca menjadi mempesona dan terasa nikmat tutur katanya.



Menurut pendapat saya membaca juga banyak sekali manfaatnya antara lain: membantu pengembangan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan memori dan pemahaman. Dengan sering membaca, seseorang mengembangkan kemampuan untuk memproses ilmu pengetahuan, mempelajari berbagai disiplin ilmu, dan menerapkan dalam hidup.

Gemar membaca juga dapat melindungi otak dari penyakit alzheimer, mengurangi stres, mendorong pikiran positif. Membaca memberikan jenis latihan yang berbeda bagi otak dibandingkan dengan menonton TV atau mendengarkan radio. Kebiasaan membaca melatih otak untuk berpikir dan berkonsentrasi

Banyak warga Indonesia cenderung menghabiskan waktu di depan pesawat televisi. Minat baca yang rendah di Indonesia merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2012, tercatat sembilan dari sepuluh penduduk berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi. Sebaliknya, hanya 3 dari 20 warga yang menyukai membaca surat kabar, buku, dan majalah.

Jika dilihat dari rasio pembaca surat kabar, konsumsi satu surat kabar di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Jika di Filipina satu surat kabar dibaca 30 orang, di Indonesia satu surat kabar menjadi konsumsi bagi 45 orang. Idealnya, satu surat kabar dibaca 10 orang.

Tak hanya itu, setiap siswa sekolah menengah di beberapa negara maju wajib menamatkan buku bacaan dengan jumlah tertentu sebelum mereka lulus sekolah. Taufiq Ismail, sastrawan nasional, pernah menyatakan bahwa di Jerman siswa wajib menamatkan 22-32 judul buku (1966-1975), Jepang 15 judul buku (1969-1972), Malaysia 6 judul buku (1976-1980), Singapura 6 judul buku (1982-1983), Thailand 5 judul buku (1986-1991). Di Indonesia sejak tahun 1950-1997 terdapat nol buku atau tidak ada kewajiban bagi siswa untuk menamatkan satu judul buku pun. Kondisi ini masih berlangsung hingga sekarang.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah mendapatkan informasi dari bacaan sesuai dengan tujuan masing-masing pembaca. Membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan dalam membaca, dan akan dengan mudah memperoleh banyak pengetahuan tentang isi, makna, arti dari suatu bahan bacaan.

 -Bramasta Krisna Diandra/16410074-
































Daftar Pustaka



http://print.kompas.com/baca/2015/10/27/Membaca-Jadi-Jendela-Dunia
Read more...

Seminar "UPGRIS BERSASTRA" Universitas PGRI Semarang

0 komentar

UPGRIS BERSASTRA dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016. Dalam rangka mendekati bulan bahasa Universitas PGRI Semarang mengadakan sebuah kegiatan yang bermanfaat yaitu acara seminar yang diberi nama “UPGRIS BETSASTRA”. Pukul 07:30 banyak orang yang berbondong – bonding memasuki Balairung Universitas PGRI Semarang. Dalam acara tersebut menghadirkan sosok sang penyair handal yaitu Triyanto Triwikromo yang karya sastranya akan dibedah dalam acara tersebut. Karya yang akan dibahas dalam acara tersebut bertuliskan “ 3 buku, 3 pembaca, 3 Kritikus, 1 pengarang “ yang menjadi menarik perhatian dari mahasiswa terutama dari Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Sastra (FPBS).
Acara dibuka dengan persembahan tari – tarian dan syair - syair karya Triyanto yang dibacakan oleh para mahasiswa. Diawali dengan 3 pembaca. Pembaca pertama yaitu Bapak Rektor Dr. Mukhdi dengam membacakan puisi yang berjudul “ Takziah “. Kemudian pembaca kedua yaitu Ibu Wakil Rektor yaitu Dra. Suciarti yang membacakan puisi yang berjudul “selir musim panas.pembaca yang ketiga dibacakan oleh group band tetapi membacakannya dalam bentuk lagu.
Kemudian masuk dalam acara selanjutnya pembedahan bukuoleh 3 kritikus. Kritikus yang pertama bernama Nur Hidayat yang membedah buku karya Triyanto yang berjudul Sesat Pikir Para Binatang. Tetapi Nur Hidayat tidak memberikan komentar terhadap karya tersebut malah memuji seorang Triyanto. Kemudian krtikikus kedua yaitu Prasetyo Utomo yang membedah buku yang berjudul Bersepeda Ke Neraka. Prasetyo berpendapat bahwa buku tersebut masuk dalam sastra tidak memiliki genetic. Kemudian Widyanur Eko Putra membedah buku berjudul Selir Musim Panas. Sama seperti Nur HIdayat, Widyanur juga tidak menjelaskan secara spesifik tentang buku tersebut.
Acara selanjutanya yaitu sang penyair tersebut di undang ke atas panggung untuk di beri pertanyaan oleh moderator tentang karyanya. Pertanyaan pertama “ Apa enaknya jadi seorang penulis? “ triyanto menjawab “ Jadi penulis itu sama seperti tukng panjat kelapa. Jadi tidak keren” . Beliau berpesan jika ingin menjadi penulis jadilah penulis yang sederhana. Pertanyaan kedua “ mengapa banyak pembunuhan dan Kematian?” san penulispun menjawab “ Kematian itu menguak kehidupan, bukan dari ada lalu tiada tetapi dari tiada menjadi ada “. Pertanyaan ketiga “ Kenapa banyak unsur binatang?” beliau menjawab “ jangan lupa kita adalah binatang binatang yang bertulang belakang. Maka benar bila perjuangan terberat adalah menjadi manusia”. Acara kemudian ditutup denan pesan “ Bila menjadi penulis, jadilah penulis dengan sebaik baiknya. 

-Bramasta Krisna Diandra/16410074
Read more...

Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan || Dunia Kata

0 komentar
Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan
Cerita Jaka tarub merupakan cerita rakyat yang melegenda yang dengan dikisahkan oleh seorang pemuda yang bernama Jaka Tarub. Dikisahkan pada jaman dahulu hidup sebatangkara seorang pemuda bernama Jaka Tarub di sebuah desa. Pada suatu malam, ditengah tidurnya yang lelap, Jaka Tarub bermimpi tentang ibunya dan mendapat istri seorang bidadari nan cantik jelita dari kayangan. Ia dibangunkan oleh kang dopo salah satu tetangganya. Dia menceritakan mimpinya ke kang dopo. Tetapi malah diejeknya,” mana mungkin ada bidadari turun, apalagi menikah denganmu jaka? Jangan bermimpi yang tidak mungkin!” ucap kang dopo. “Tetapi aku sudah bermimpi berkali kali dengan cerita yang sama yaitu bertemu bidadari cantik” balasnya. “terserah kamulah” ujar kang dopo sambil pergi meninggalkannya. Walaupun demikian, mimpi indah barusan masih terbayang dalam ingatannya. Jaka Tarub tidak dapat tidur lagi. Ia pun berdiri sambil menatap bintang bintang di langit.

Jaka Tarub adalah seorang pemuda yang sangat senang berburu. Dia juga seorang pemburu yang handal. Keahliannya itu diperolehnya dari mendiang ayahnya. Jaka Tarub seringkali diajak berburu oleh ayahnya sedari kecil. Pagi itu Jaka Tarub telah siap berburu ke hutan. Busur, panah, pisau dan pedang telah disiapkannya.  Jaka pergi kehutan untuk berburu mencari hewan buruan untuk dimakan. Sesampainya dihutan dia mencari cari apa yang akan menjadi binatang buruannya. Tetapi pagi itu dia bernasib sial, jaka tidak memperoleh apapun untuk bias dimakannya. “Pertanda apa ini ?”, pikirnya. Jaka Tarub segera menepis pikiran buruk yang melintas di benaknya. Setelah beristirahat sejenak, ia segera berjalan lagi. Nasib sial belum mau meninggalkan Jaka tarub. Setelah berjalan dan menunggu beberapa kali, tak seekor hewan buruanpun yang melintas.

 Matahari makin meninggi. Jaka Tarub merasa lapar. Tak ada bekal yang dibawanya karena ia memang yakin tak akan selama ini berada di hutan. Dia justru lebih banyak melamun. Karena rasa haus yang baru dirasakannya, Jaka Tarub melangkahkan kakinya ke arah danau. Danau yang terletak di tengah Hutan, Ketika hampir sampai di danau itu, Jaka Tarub menghentikan langkah kakinya. Telinganya menangkap suara gadis gadis yang sedang bersenda gurau. Dengan mengendap endap Jaka Tarub melangkahkan kakinya lagi menuju Danau tersebut. Suara tawa gadis gadis itu makin jelas terdengar. Jaka Tarub mengintip dari balik batu besar di tepi danau tengah hutan. Alangkah terkejutnya Jaka Tarub menyaksikan tujuh orang gadis cantik sedang mandi di Danau tersebut. Jantungnya berdegub makin kencang. Semuanya berparas sangat cantik. Dari percakapan mereka, Jaka Tarub tahu kalau tujuh orang gadis itu adalah bidadari yang turun dari kayangan.

              Jaka Tarub melihat tumpukan slendang bidadari di atas sebuah batu besar di pinggir danau. Semua slendang itu memiliki warna yang berbeda.  Karena terpikat, dia mengambil salah satu selendang berwarna oranye yang tengah disampirkan oleh salah seorang bidadari. Ketika ketujuh bidadari selesai mandi, bidadari - bidadari itu satu persatu mengambil selendang miliknya dan bersiap untuk terbang. Namun, salah seorang diantara mereka tidak menemukan selendangnya dan dia pun tidak bisa terbang ke kayangan kembali. Karena waktu mereka telah hampir habis, dia ditinggal oleh para saudaranya sendiri di danau itu. Bidadari itu merasa sedih dan menangis. Bidadari tersebut bernama Nawangwulan. Nawangwulan tidak dapat berbuat apa apa. Ia hanya bisa mengangguk dan melambaikan tangan kepada keenam temannya yang terbang perlahan meninggalkan Danau. “Mungkin memang nasibku untuk menjadi penghuni bumi”, pikir Nawangwulan sambil mencucurkan air mata.

              Nawangwulan kelihatan putus asa. Tiba tiba tanpa sadar ia berucap “Barangsiapa yang bisa memberiku pakaian akan kujadikan saudara bila dia perempuan, tapi bila ia laki laki akan kujadikan suamiku”. Jaka Tarub yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Nawangwulan dari balik pohon tersenyum senang. “Akhirnya mimpiku menjadi kenyataan”, pikirnya. Jaka Tarub keluar dari persembunyiannya dan berjalan kearah danau. Ia membawakan baju untuk bidadari itu. Dengan pura – pura tidak tau bahwa ada wanita cantik yang sedang berendam di danau tersebut. “Aku Jaka Tarub. Aku membawakan pakaian yang kau butuhkan. Ambillah dan pakailah segera. Hari sudah hampir malam” ucap Jaka Tarub. “Aku Nawangwulan.  Aku bidadari dari kayangan yang tidak bisa kembali kesana karena slendangku hilang”, kata Nawangwulan memperkenalkan diri. Ia memenuhi kata kata yang diucapkannya tadi. Tanpa ragu Nawangwulan bersedia menerima Jaka Tarub sebagai suaminya.

            Hari berganti hari, bulan berganti bulan, hingga tahun pun berganti tak terasa rumah tangga Jaka Tarub dan Nawangwulan telah dikaruniai seorang putri yang diberi nama Nawangsih. Tak seorangpun penduduk desa yang mencurigai siapa sebenarnya Nawangwulan. Jaka Tarub mengakui istrinya itu sebagai gadis yang berasal dari sebuah desa yang jauh dari kampungnya. Sejak menikah dengan Nawangwulan, Jaka Tarub merasa heran mengapa padi di lumbung mereka kelihatannya tidak berkurang walau dimasak setiap hari. Lama lama tumpukan padi itu semakin meninggi. Pada suatu pagi, Nawangwulan hendak mencuci ke sungai. Ia menitipkan Nawangsih pada Jaka Tarub. Nawangwulan juga mengingatkan suaminya itu untuk tidak membuka tutup kukusan nasi yang sedang dimasaknya.
tetapi Jaka Tarub tetap ingin membuka kukusan nasi itu. Dia merasa ingin tau apa yang ada dalam kukusan nasi hingga ia menghiraukan pesan Nawangwulan.

            Betapa terkejutnya Jaka Tarub demi melihat isi kukusan itu. Nawangwulan hanya memasak setangkai padi. Nawangwulan yang rupanya telah sampai di rumah menatap marah kepada suaminya yang tertunduk dihadapannya “Kenapa kau melanggar pesanku Mas ?”, tanyanya berang. Jaka Tarub tidak bisa menjawab. Ia hanya terdiam. “Hilanglah sudah kesaktianku untuk merubah setangkai padi menjadi sebakul nasi”. Jaka Tarub menyesali perbuatannya. Pada suatu hari Ketika sedang menarik batang batang padi, Nawangwulan merasa tangannya memegang sesuatu yang lembut. Karena penasaran, Nawangwulan terus menarik benda itu. Wajah Nawangwulan seketika pucat pasi menatap benda yang baru saja berhasil diraihnya. Baju bidadari dan selendang yang dikenalnya.

            Nawangwulan merasa dirinya ditipu oleh Jaka Tarub yang sekarang telah menjadi suaminya. dia sama sekali tidak menyangka ternyata orang yang tega mencuri bajunya adalah Jaka Tarub.“Kenapa kau tega melakukan ini padaku Jaka Tarub ?”, tanya Nawangwulan dengan nada sedih. “Maafkan aku Nawangwulan”, hanya itu kata kata yang sanggup diucapkan Jaka Tarub. Dia terlihat sangat menyesal. “Aku akan kembali ke kayangan karena sesungguhnya aku ini seorang bidadari. Tempatku bukan disini”Jaka Tarub menahan kesedihannya dengan sangat. Dia ingin terlihat tegar. Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan Nawangwulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan Nawangsih. Nawangsih yang semakin tumbuh besar, dan dia akan segera menikah dengan seseorang. Tetapi dibalik itu Jaka Tarub ayah Nawangsih tidak ingin ditinggal olehnya, karena Jaka Tarub sudah ditinggal oleh istrinya karena perbuatannya. Dan dia belum ingin kehilangan putri sematawayangnya tersebut.

            Dari cerita diatas kita bisa ambil hikmahnya bahwa Sesuatu yang tidak didasari kejujuran, pasti akan menjadi masalah di belakang hari. Percayalah bahwa masalah yang akan datang itu bukan masalah yang biasa saja. Kejujuran merupakan fondasi dari segala macam hubungan supaya tercapainya harmonisasi. Seseorang yang jujur kepada pasangannya tentu akan menambah nilai kebersamaan mereka. Nilai kebersamaan itu akan menjadi lengkap tanpa adanya rasa was-was akan rahasia yang terungkap dan lain sebagainya. Selain itu orang yang jujur tidak memiliki celah yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak menyukainya.

-Bramasta Krisna Diandra/16410074-
Read more...

Jumat, 30 September 2016

Biografi Chairil Anwar | Dunia Kata

0 komentar
Chairil Anwar adalah seorang penyair yang berasal dari Indonesia. Chairil Anwar mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Ia juga dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” dalam karya-nya, yaitu "Aku".  Ia telah menulis sebanyak 94 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Biografi Chairil Anwar Penyair Indonesia
Image Courtesy of id.wikipedia.com

Biodata Chairil Anwar

Nama Lengkap : Chairil Anwar
Tanggal Lahir : 26 Juli 1922
Tempat Lahir : Medan, Indonesia
Pekerjaan : Penyair
Kebangsaan : Indonesia
Orang tua : Toeloes (ayah) dan Saleha (ibu)

Biografi Chairil Anwar

Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan Toeloes dan Saleha, ayahnya berasal dari Taeh Baruah. Ayahnya pernah menjabat sebagai Bupati Kabupaten Inderagiri, Riau. Sedangkan ibunya berasal dari Situjug, Limapuluh Kota Ia masih punya pertalian kerabat dengan Soetan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.

Sebagai anak tunggal yang biasanya selalu dimanjakan oleh orang tuanya, namun Chairil Anwar tidak mengalami hal tersebut. Bahkan ia dibesarkan dalam keluarga yang terbilang tidak baik. Kedua orang tuanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sewaktu kecil Nenek dari Chairil Anwar merupakan teman akrab yang cukup mengesankan dalam hidupnya. Kepedihan mendalam yang ia alami pada saat neneknya meninggal dunia.

Chairil Anwar bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai menulis puisi ketika remaja, tetapi tidak satupun puisi yang berhasil ia buat yang sesuai dengan keinginannya.

Meskipun ia tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, tetapi ia tidak membuang waktunya sia-sia, ia mengisi waktunya dengan membaca karya-karya pengarang Internasional ternama, seperti : Rainer Maria Rike, W.H. Auden, Archibald Macleish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Ia juga menguasai beberapa bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman.


Pada saat berusia 19 tahun, ia pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) bersama dengan ibunya pada tahun 1940 dimana ia mulai kenal dan serius menggeluti dunia sastra. Puisi pertama yang telah ia publikasikan, yaitu pada tahun 1942. Chairil terus menulis berbagai puisi. Puisinya memiliki berbagai macam tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme.

Selain nenek, ibu adalah wanita yang paling Chairil cinta. Ia bahkan terbiasa menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.

Dunia Sastra

Nama Chairil Anwar mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di “Majalah Nisan” pada tahun 1942, pada saat itu dia berusia dua puluh tahun. Namun, saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di "Majalah Pandji" untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian. Puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia yang tidak diterbitkan hingga tahun 1945.

Biografi Chairil Anwar Penyair Indonesia
Image Courtesy of commons.wikipedia.org

Salah satu puisinya yang paling terkenal dan sering dideklamasikan berjudul Aku ("Aku mau hidup Seribu Tahun lagi!"). Selain menulis puisi, ia juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Dia juga pernah menjadi redaktur ruang budaya Siasat "Gelanggang" dan Gema Suasana. Dia juga mendirikan "Gelanggang Seniman Merdeka" pada tahun 1946.

Kumpulan puisinya antara lain: Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (1949); Deru Campur Debu (1949), Tiga Menguak Takdir (1950 bersama Seniman Pelopor Angkatan 45 Asrul Sani dan Rivai Apin), Aku Ini Binatang Jalang (1986), Koleksi sajak 1942-1949", diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986); Derai-derai Cemara (1998). Buku kumpulan puisinya diterbitkan Gramedia berjudul Aku ini Binatang Jalang (1986).

Karya-karya terjemahannya adalah: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948, Andre Gide); Kena Gempur (1951, John Steinbeck). Karya-karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol antara lain “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960); “Cuatro poemas indonesios, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati” (Madrid: Palma de Mallorca, 1962); Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963); “Only Dust: Three Modern Indonesian Poets”, oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969).

Ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta kepada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, namun karena masalah kesulitan ekonomi, mereka berdua akhirnya bercerai pada akhir tahun 1948.

Puisi "Aku"

Chairil Anwar pertama kali membaca "AKU" di Pusat Kebudayaan Jakarta pada bulan Juli 1943. Hal ini kemudian dicetak dalam Pemandangan dengan judul "Semangat", sesuai dengan dokumenter sastra Indonesia, HB Jassin, ini bertujuan untuk menghindari sensor dan untuk lebih mempromosikan gerakan kebebasan. "AKU" telah pergi untuk menjadi puisi Anwar yang paling terkenal.

"Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Akhir Hayat"

Karya-karya yang Membahas Mengenai Chairil Anwar

  1. Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953)
  2. Boen S. Oemarjati, "Chairil Anwar: The Poet and his Language" (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1972)
  3. Abdul Kadir Bakar, "Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar" (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974)
  4. S.U.S. Nababan, "A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar" (New York, 1976)
  5. Arief Budiman, "Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan" (Jakarta: Pustaka Jaya, 1976).
  6. Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar, Auckland, 1976
  7. H.B. Jassin, "Chairil Anwar, pelopor Angkatan '45, disertai kumpulan hasil tulisannya", (Jakarta: Gunung Agung, 1983)
  8. Husain Junus, "Gaya bahasa Chairil Anwar" (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 1984)
  9. Rachmat Djoko Pradopo, "Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern" (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985)
  10. Sjumandjaya, "Aku: berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar (Jakarta: Grafitipers, 1987)
  11. Pamusuk Eneste, "Mengenal Chairil Anwar" (Jakarta: Obor, 1995)
  12. Zaenal Hakim, "Edisi kritis puisi Chairil Anwar" (Jakarta: Dian Rakyat, 1996)
  13. Drama Pengadilan Sastra Chairil Anwar karya Eko Tunas, sutradara Joshua Igho, di Gedung Kesenian Kota Tegal (2006)

Akhir Hayat

Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi dengan kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April 1949, penyebab kematiannya tidak diketahui pasti. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. 

Menurut catatan rumah sakit tersebut, ia dirawat karena tifus. Meskipun demikian, ia sebenarnya sudah lama menderita penyakit paru-paru dan infeksi yang menyebabkan dirinya makin lemah, sehingga timbullah penyakit usus yang membawa kematian dirinya yakni ususnya pecah. Tapi, menjelang akhir hayatnya ia menggigau karena tinggi panas badannya, dan di saat dia insaf akan dirinya dia mengucap, "Tuhanku, Tuhanku...".

Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyerah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus".
Read more...